Karya FRASA
Widi Hariyani Hamsah
X MIA 2
KEBOHONGAN YANG BERDAMPAK BENCANA ALAM
Di
suatu wilayah yaitu Desa
Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang. Desa ini
sangatlah hijau di penuhi dengan pepohonan. Di desa ini para warganya memenuhi
kebutuhan ekonominya dengan cara bercocok tanam, berternak,dan mencari ikan di
sungai.
Desa
ini sangatlah tentram dan damai. Mereka tidak pernah mengenal yang namanya
bajir dan tanah longsor. Karena, para warga disini menjaga lingkungan dan hutan
secara baik. Mereka tidak berani untuk merusak hutan mereka. Sebab hutan ini
juga sebagai sumber kebutuhan hidup warga disini. Apabila ada yang menebang
pohon untuk membuat rumah atau alat perabot maka mereka segera mengadakan
reboisasi agar pohon yang mereka tebang tadi, mempunyai pengganti. Sehingga hutannya
tidak gundul.
Para
warga desa Ngrimbi hanya sebagian yang bisa menyelesaikan sekolahnya. Hanya
beberapa anak yang beruntung yang bisa mencapai bangku SMA di antaranya Risma,
Rini, Cecep, dan Deni. Mereka sekolah di kota karena di desa tidak ada sekolah.
Di desa ini juga jarang sekali ada alat elektronik dan alat komunikasi seperti
laptop, Tv, handphone jangankan itu semua listrik saja di desa ini belum ada.
Hanya 5 rumah warga yang mempunyai mesin gengset, yang lainnya menggunakan
pelita.
Perubahan
yang terjadi di desa Ngrimbi ketika ada seorang bangsawan dari kota yang
bernama pak Wijaya yang berasal dari kota. Kedatang pak Wijaya di sambut baik
oleh para warga dan Pak Sudarno yang merupakan kepala desa di Ngrimbi. Sudah 5
tahun ia di percaya untuk menjadi kepala desa.
“wah
desa ini sangat segar, hutannya hijau banyak pohonnya.” Ujar pak Wijaya sembari
melihat-lihat desa Ngrimbi yang begitu hijau.
“iya
pak, hutan kami masih bagus dan terjaga, pohonnya masih banyak kami tidak
pernah merusaknya.” sahut pak Sudarno dengan rasa bangga
“bisa
nih ! hehe” kata pak wijaya dalam hati sambil tersenyum.
“Oh
iya pak boleh tau apa tujuan bapak kesini ?” tanya pak sudarno kepada pak
Wijaya
“saya
akan masukkan aliran listrik, membangun sekolah, dan puskesmas. Selain itu Saya
juga ingin mengembangkan desa ini.” Jelas pak wijaya kepada pak Sudarno
“bapak
baik sekali. Sebelumnya saya mewakili warga disini megucapkan banyak terima
kasih kepada bapak yang peduli terhadap desa kami.” Kata pak sudarno yang
begitu senang karena desanya mendapat bantuan.
Pak
wijaya pun berkeliling-keliling ketiap-tiap rumah warga untuk memberikan
bantuan berupa beras.
Tidak
butuh waktu lama desa ini sudah di aliri listrik. Pada saat itu mulailah
dibangun sebuah sekolah. Warga desa ini sangat senang. Desa ini sudah semakin
ramai. Tetapi, sebagian warga heran akan perilaku pak Wijaya. Kenapa ada orang
tiba-tiba sangat baik kepada mereka.
“saya
heran dengan bangsawan yang baru datang kedesa kita.” Ucap Risma yang sedang
duduk-duduk di tempat nongkrongan mereka bersama 3 temannya yaitu Deni, Rini
dan Cecep.
“pak
wijaya maksud kamu! heran kenapa?” jawab Rini sembari bertanya kembali kepada
Risma
“iya.
Saya heran kenapa ada seorang bangsawan yang langsung baik kepada kita, saya
yakin dia mempunyai maksud tertentu.” Kata Risma curiga
“iya
sama ris, aku juga merasakan hal tersebut.” sambung Rini yang menyetujui
pendapat Risma
“tidak
boleh berperasangka buruk sama orang, itu tidak baik. Siapa tau pak Wijaya
memang berniat baik, itukan bagus buat desa kita.” Kata Cecep menasehati mereka
“iya
betul tuh kata Cecep.” Ujar dani yang membetulkan perkataan Cecep
“iya
betul juga sih.” kata Risma sambil berfikir
Warga desa Ngrimbi sangat mempercayai dan
menghormati pak Wijaya. Pada suatu malam di tengah hutan, ada seseorang yang
sedang menebang pohon dengan menggunakan sengsor (alat pemotong kayu), tetapi
warga desa tidak mendengar bunyi sengsor tersebut.
Di
hutan desa Ngrimbi tinggal seorang kakek yang bernama kakek Tikin usianya berkisaran
60 tahun. Dia dulunya seorang pecinta alam. Tetapi, sekarang dia hidup sebatang
kara di tengah hutan.
Pada
saat kakek Tikin berjalan di tengah hutan untuk mencari ranting pohon untuk di
jadikan kayu bakar. Ia melihat pak Wijaya dan anak buahnya sedang asyik
menebang pohon. Pak Wijaya menyuruh anak buahnya untuk mengangkat kayu yang
telah di potong-potong ke atas truk untuk di angkut ke kota.
“cepat
angkat kayu ini keatas truk.” perintah pak Wijaya kepada anak buahnya sembari
menunjuk kayu-kayu tersebut
“sungguh
keterlaluan mereka” kata kakek Tikin yang sedang mengintip mereka di balik
semak-semak. Agar tidak terlihat oleh mereka, apabila terlihat maka habislah
kakek Tikin.
“hahaha..
kita mempunyai banyak kayu. Sangat gampang untuk manipulasi warga desa ini.”
Ujar pak Wijaya sambil tertawa lepas
“iya
bos.” sambung salah satu anak buah pak Wijaya
Setelah
3 bulan kemudian…
Pembangunan
sekolah di desa Ngrimbi yang di bagun oleh pak Wijaya di hentikan tanpa alasan
yang jelas. Banyak warga desa heran. Karena, tiap hari banyak truk yang
melintas di jalan desa sedang mengangkut kayu dari hutan.
Suatu
ketika pak Sudarno menghentikan salah satu mobil truk tersebut. Ternyata di
dalam truk tersebut ada pak Wijaya.
“STOP”
kata pak sudarno yang sedang menghentikan salah satu mobil truk yang mengangkut
kayu yang sedang melintas di jalan desa agar segera berhenti.
Turunlah
pak Wijaya yang sedang duduk di bagian depan, samping sopir.
“kenapa
ada pak Wijaya disini ?” Tanya pak Sudarno heran.
“dari
hutan pak ambil kayu untuk bahan pembuatan kursi, meja dan lemari sebagai
perlengkapan sekolah di desa ini nanti pak” jawab pak Wijaya yang terlihat
sedang berbohong
“saya
fikir kayu ini untuk di jual di kota” Kata pak Sudarno mempercayai kata pak
Wijaya
“tidaklah
pak, mana mungkin saya melakukan hal tersebut, yang saya ambil juga cuman
sedikit kok pak, setelah itu nanti kita adakan reboisi” jelas pak Wijaya.
“iya
pak. Maaf ya pak silahkan lanjutkan perjalannya pak.” Kata pak Sudarno sembari
mempersilahkan truk tersebut untuk melanjutkan perjalannya.
Risma,
Rini, Cecep, dan Deni mendapat tugas dari guru mereka untuk membuat laporan
penelitan temanya tentang lingkungan hidup. Membuat KTI (Karya Tulis Ilmiah) gitu deh . Mereka
berempat mengadakan champing di hutan desa Ngrimbi selama 3 hari 2 malam utuk
mencari informasi-informasi dan tanaman sebagai bahan penelitian.
Setelah
sampai di tempat champing mereka segera membuat tenda. Matahari pun terbenam
dan bulan terlihat dilangit yang di penuhi taburan bintang. Hutan begitu terang
seperti ada lampu besar yang sedang meneranginya. Karena pada malam itu bulan
sedang mengeluarkan sinar terangnya. Dimalam
itu juga mereka menyalakan api unggun untuk menghangatkan diri mereka.
Tiba-tiba Risma merasa kepengen buang air kecil. Ia pun minta tolong kepada
Rini untuk menemaninya buang air kecil di pinggir sungai yang tidak jauh dari
tenda mereka.
Setelah
Risma buang air kecil mereka pun pulang. Di tengah perjalan mereka terdengar
suara mesin sengsor.
“Rini
kamu dengar nggak bunyi itu ?.” tanya Risma yang tiba-tiba berhenti berjalan
karena mendengar suara.
“suara
apaan ? nggak ada kok.” Kata Rini yang ikut berhenti juga , tetapi ia tidak
mendengar suara apa-apa.
“Ngreng….
Ngreng…!!” terdengar bunyi mesin dari tengah hutan
“coba
dengar baik-baik deh, itu! Itukan.” Kata Risma
“iya
ris aku dengar, itu suara mesin sengsor yang sedang memotong kayu. bunyi itu
berasal dari tengah hutan.” ujar Rini yang telah mendengar bunyi tersebut
“iya
ayo kita cari asal suara tersebut.” Kata Risma yang mulai berjalan mencari
suara terebut
“ayo.”
Kata Rini sembari mengikuti Risma
Mereka
pun berjalan mencari asal bunyi tersebut
Beberapa
menit kemudian…
Mereka
telah menemukannya, dan mereka melihat pak Wijaya dan anak buahnya sedang asyik
menebang pohon.
“cepat…
cepat...! Beni lihat sekitar, jangan sampai ada seseorang yang melihat kita
bisa gawat ini” perintah pak Wijaya sembari menyuruh anggotanya untuk
mempercepat kerjanya dan menyuruh Beni salah satu anggotanya untuk mengawasi
sekitar mereka.
Risma
dan Rini bersebunyi di balik pohon besar. Ternyata di depan mereka ada ular
yang akan menuju ke hadapan mereka.
“ulaaaaaaaar!!”
teriak Rini dengan suaranya yang nyaring, hingga terdengar oleh Beni.
“bos
ada orang yang sedang melihat kita disana” kata Beni panik kepada pak Wijaya
“
kejar dia, jangan biarkan dia lolos” perintah pak Wijaya
Risma
dan Rini segera berlari. Tiba-tiba ada seseorang yang menarik dan menutup mulut
mereka untuk segera bersembunyi di balik batu besar.
“
aduh kemana mereka, cepat banget larinya. Sial kita kehilangan jejak mereka.”
kata pak Wijaya yang menggerutu cemas dan khawatir. Jangan sampai mereka
melaporknnya kepada warga desa bahwa dia telah menghabiskan isi hutan.
“
Alhamdulillah kita selamat.” Ujar Rini yang sudah merasa tenang
“
kakek siapa?” tanya Risma sembari menghebuskan nafas pertanda sudah lega, dan
ia bertanya kepada kakek yang menolong mereka tadi.
“
saya kakek Tikin.”jawab kakek tersebut.
“oh
kakek Tikin yang tinggal dihutan yang sering ada beritanya itu ya?.” tanya Rini
lagi yang banyak mengetahui tentang kisah kakek Tikin, yang disebut sebagai
penunggu hutan. Padahal dia adalah seorang pecinta alam.
“iya
nak, kalian ngapain kehutan malam-malam?” jawab kakek Tikin sembari bertanya
kembali kepada mereka berdua
“kami
lagi ngadain champing kek untuk mencari informasi dan data untuk tugas sekolah
bersama 2 orang cowok teman kami yang berada di sebelah sana” ucap Rini dan
menunjukkan keberadaan Cecep dan Deni.
“mungkin
kakek bisa sedikit membantu, kalau begitu ayo kita kesana.” Kata kakek Tikin
Di
tenda !!
“Rini
dan Risma mana sih ! kok mereka lama banget .” kata Cecep yang terlihat khawatir
“
iya jangan-jangan mereka kesasar dihutan nih” balas Deni
Tiba-tiba
Risma, Rini dan kakek Tikin datang
“itu
mereka datang, kok ada kakek-kakek ?” Tanya
Cecep
“kalian
kemana saja, kok lama banget dari tadi di tungguin. Oh ya, kakek itu siapa ?”
tanya Deni yang penasaran dengan kakek itu.
“ini
kakek Tikin yang dulunya terkenal sebagai pecinta alam.” jawab Rini yang
memperkenalkan kakek Tikin kepada Cecep dan Deni.
“oh
iya aku ingat.. gimana ceritanya tuh kalian bisa bertemu dengan kakek Tikin ?”
Tanya Deni lagi yang sangat KEPO dengan cerita Risma dan Rini
“ceritanya
panjang deh, nanti ajha aku certain. Ada hal yang paling penting yaitu tadi
kami melihat pak Wijaya dan anak buahnya sedang menebang pohon di tengah
hutan.” Ujar Rini
“iya.
Betulkan kata aku waktu itu. Pak Wijaya memiliki maksud dari ini semua.”
sambung Risma
“mereka
sudah lama melakukan hal tersebut.” Kata kakek Tikin yang banyak mengertahui
tentang kelakuan pak Wijaya dan anak buahnya
“kenapa
kakek tidak melapor sama warga desa atau bapak kepala desa?” tanya Deni
“kakek
sudah tidak di percaya lagi oleh warga desa.”jawab kakek Tikin
“sangat
kasian kakek. Kalau begitu kakek tidur bersama kami saja disini” kata Deni yang
menawarkan kakek Tikin untuk menginap malam ini di tenda mereka.
“sebelumnya
kakek berterimakasih tapi tidak usah nak sebaiknya kakek pulang saja ke rumah
kakek.” Kata kakek Tikin yang segera pulang ke rumahnya.
1 minggu kemudian..
Desa ini terlihat berbeda karena 4 hari berturut-turut
desa Ngrimbi di landa hujan deras yang mengakibatkan banjir.
Semua rumah warga terendam banjir. Dan salah satu
bukit yang ada di desa Ngrimbi mengalami
tanah longsor, rumah warga dan sekolah yang baru di bangun akhirnya runtuh.
Bencana ini banyak menelan korban jiwa dan kerugian. Korban banjir mengungsi di
tempat yang aman. Semua warga kanget karena kejadian yang ada di desa Ngrimbi,
baru kali ini mereka mendapat bencana banjir dan tanah longsor.Bantuan terus
menerus datang untuk membantu para korban banjir dan tanah longor di desa
Ngrimbi.
Karyawan
Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto yang tergabung dalam
Tim Relawan Posko Siaga Bencana KPH Mojokerto bantu evakuasi korban bencana
tanah longsor yang melanda Dusun Kopen, Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang,
Selasa (28/1/2014).
Hingga
pagi itu tim relawan bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD),
TNI, Polri dan pemangku kepentingan lainnya masih melakukan pencarian
korban.
Administratur
Perhutani Mojokerto, Widhi Tjahjanto sekaligus Komandan Siaga Bencana Perhutani
KPH Mojokerto menghimpun donasi, bahan makanan dan
pakaian bekas pantas pakai dari karyawan dan keluarga besar Perhutani Mojokerto
untuk korban. Sedikitnya 8 rumah rusak berat dan 14 orang dikabarkan
hilang dalam bencana tersebut.
Pak Wijaya juga datang untuk memberikan bantuan kepada
warga desa Ngrimbi. Dan berbincang-bincang kepa pak kepala desa.
“pak, bukannya desa ini tidak terkena banjir dan tanah
longsor ya?” Tanya pak Wijaya
kepada pak Sudarno
“ iya pak, kami juga heran” jawab pak Sudarno
“sepertinya hutan sudah gundul, sebelum banjir saya
jalan-jalan ke hutan, saya melihat pak Tikin bersama teman-temannya sedang
menebang pohon dan kayu-kayu itu di bawa ke kota untuk di jual” jelas pak Wijaya yang sedang menuduh kakek Tikin.
“masa sih pak, kalau begitu ayo kita cari pak Tikin dan
membawanya ke pengadilan untuk mempertanggung jawabkan semua ini”. Kata pak
Sudarno yang sangat kecewa terhadap kakek Tikin. Dia tidak menyangka kakek
Tikin akan berbuat hal seperti itu.
“iya pak. Saya sudah menelpon polisi dan mereka segera
kesini.” Kata pak Wijaya sambil tersenyum riang.
Berselang beberapa menit, polisi pun datang. Mereka
segera mencari kakek Tikin di hutan.
“pak saya pulang dulu yaa, saya masih ada urusan lagi di
luar sana” kata pak Wijaya yang segera pergi.
“tunggu pak , saya sudah mengetahui siapa pelakunya. Dia
adalah bapak Wijaya yang selama ini membantu kita dan berpura-pura baik pada
kita semua.” teriak pak Sudarno yang telah mengetahui hal itu dari Deni yang sudah mempunyai
bukti.
“bapak jangan sembarangan menuduh. Mana buktinya kalau
saya yang melakunnya?.” tanya pak Wijaya yang sedang gugup.
Risma pun memutarkan video yang mereka rekam setelah
pulang champing.
“itu bukan saya. ! itu
bukan saya! Itu salah !itu pasti salah.” Kata pak Wijaya yang membantah semuanya,
terlihat dia sangat ketakutan.
“tangkap
dia, dan bawa ke pengadilan untuk
mempertanggung jawabkan semua perbutannya.” perintah kasat POLSEK jombang yang
menyuruh anak buahnya untuk menangkap pak Wijaya.
Akhirnya
pak Wijaya dipenjara dan mengganti segala kerugian warga. Setelah semua sudah
beres, warga desa Ngrimbi dan anggota perumperhutani mengadakan reboisasi di
desa tersebut. Mereka semua tersadar dengan kejadian ini, apabila hutan dan
lingkungan di rusak, maka semua juga akan rusak dan mendapat bencana “manusia
merusak, alam bertindak”. Apabila kita merawat hutan dan lingkungan maka kita
akan mendapatkan kebaikan pula.