Profil OSIS SMA 4 KENDARI Masa Bakti 2021 - 2022 Get now!
Postingan

KARYA SISWA

Karya FRASA
Widi Hariyani Hamsah
X MIA 2 

KEBOHONGAN YANG BERDAMPAK BENCANA ALAM

Di suatu wilayah yaitu Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang. Desa ini sangatlah hijau di penuhi dengan pepohonan. Di desa ini para warganya memenuhi kebutuhan ekonominya dengan cara bercocok tanam, berternak,dan mencari ikan di sungai.
Desa ini sangatlah tentram dan damai. Mereka tidak pernah mengenal yang namanya bajir dan tanah longsor. Karena, para warga disini menjaga lingkungan dan hutan secara baik. Mereka tidak berani untuk merusak hutan mereka. Sebab hutan ini juga sebagai sumber kebutuhan hidup warga disini. Apabila ada yang menebang pohon untuk membuat rumah atau alat perabot maka mereka segera mengadakan reboisasi agar pohon yang mereka tebang tadi, mempunyai pengganti. Sehingga hutannya tidak gundul.
Para warga desa Ngrimbi hanya sebagian yang bisa menyelesaikan sekolahnya. Hanya beberapa anak yang beruntung yang bisa mencapai bangku SMA di antaranya Risma, Rini, Cecep, dan Deni. Mereka sekolah di kota karena di desa tidak ada sekolah. Di desa ini juga jarang sekali ada alat elektronik dan alat komunikasi seperti laptop, Tv, handphone jangankan itu semua listrik saja di desa ini belum ada. Hanya 5 rumah warga yang mempunyai mesin gengset, yang lainnya menggunakan pelita.
Perubahan yang terjadi di desa Ngrimbi ketika ada seorang bangsawan dari kota yang bernama pak Wijaya yang berasal dari kota. Kedatang pak Wijaya di sambut baik oleh para warga dan Pak Sudarno yang merupakan kepala desa di Ngrimbi. Sudah 5 tahun ia di percaya untuk menjadi kepala desa.
“wah desa ini sangat segar, hutannya hijau banyak pohonnya.” Ujar pak Wijaya sembari melihat-lihat desa Ngrimbi yang begitu hijau.
“iya pak, hutan kami masih bagus dan terjaga, pohonnya masih banyak kami tidak pernah merusaknya.” sahut pak Sudarno dengan rasa bangga
“bisa nih ! hehe” kata pak wijaya dalam hati sambil tersenyum.
“Oh iya pak boleh tau apa tujuan bapak kesini ?” tanya pak sudarno kepada pak Wijaya
“saya akan masukkan aliran listrik, membangun sekolah, dan puskesmas. Selain itu Saya juga ingin mengembangkan desa ini.” Jelas pak wijaya kepada pak Sudarno

“bapak baik sekali. Sebelumnya saya mewakili warga disini megucapkan banyak terima kasih kepada bapak yang peduli terhadap desa kami.” Kata pak sudarno yang begitu senang karena desanya mendapat bantuan.
Pak wijaya pun berkeliling-keliling ketiap-tiap rumah warga untuk memberikan bantuan berupa beras.
Tidak butuh waktu lama desa ini sudah di aliri listrik. Pada saat itu mulailah dibangun sebuah sekolah. Warga desa ini sangat senang. Desa ini sudah semakin ramai. Tetapi, sebagian warga heran akan perilaku pak Wijaya. Kenapa ada orang tiba-tiba sangat baik kepada mereka.
“saya heran dengan bangsawan yang baru datang kedesa kita.” Ucap Risma yang sedang duduk-duduk di tempat nongkrongan mereka bersama 3 temannya yaitu Deni, Rini dan Cecep.
“pak wijaya maksud kamu! heran kenapa?” jawab Rini sembari bertanya kembali kepada Risma
“iya. Saya heran kenapa ada seorang bangsawan yang langsung baik kepada kita, saya yakin dia mempunyai maksud tertentu.” Kata Risma curiga
“iya sama ris, aku juga merasakan hal tersebut.” sambung Rini yang menyetujui pendapat Risma
“tidak boleh berperasangka buruk sama orang, itu tidak baik. Siapa tau pak Wijaya memang berniat baik, itukan bagus buat desa kita.” Kata Cecep menasehati mereka
“iya betul tuh kata Cecep.” Ujar dani yang membetulkan perkataan Cecep
“iya betul juga sih.” kata Risma sambil berfikir
 Warga desa Ngrimbi sangat mempercayai dan menghormati pak Wijaya. Pada suatu malam di tengah hutan, ada seseorang yang sedang menebang pohon dengan menggunakan sengsor (alat pemotong kayu), tetapi warga desa tidak mendengar bunyi sengsor tersebut.
Di hutan desa Ngrimbi tinggal seorang kakek yang bernama kakek Tikin usianya berkisaran 60 tahun. Dia dulunya seorang pecinta alam. Tetapi, sekarang dia hidup sebatang kara di tengah hutan.

Pada saat kakek Tikin berjalan di tengah hutan untuk mencari ranting pohon untuk di jadikan kayu bakar. Ia melihat pak Wijaya dan anak buahnya sedang asyik menebang pohon. Pak Wijaya menyuruh anak buahnya untuk mengangkat kayu yang telah di potong-potong ke atas truk untuk di angkut ke kota.
“cepat angkat kayu ini keatas truk.” perintah pak Wijaya kepada anak buahnya sembari menunjuk kayu-kayu tersebut
“sungguh keterlaluan mereka” kata kakek Tikin yang sedang mengintip mereka di balik semak-semak. Agar tidak terlihat oleh mereka, apabila terlihat maka habislah kakek Tikin.
“hahaha.. kita mempunyai banyak kayu. Sangat gampang untuk manipulasi warga desa ini.” Ujar pak Wijaya sambil tertawa lepas
“iya bos.” sambung salah satu anak buah pak Wijaya

Setelah 3 bulan kemudian…
Pembangunan sekolah di desa Ngrimbi yang di bagun oleh pak Wijaya di hentikan tanpa alasan yang jelas. Banyak warga desa heran. Karena, tiap hari banyak truk yang melintas di jalan desa sedang mengangkut kayu dari hutan.
Suatu ketika pak Sudarno menghentikan salah satu mobil truk tersebut. Ternyata di dalam truk tersebut ada pak Wijaya.

“STOP” kata pak sudarno yang sedang menghentikan salah satu mobil truk yang mengangkut kayu yang sedang melintas di jalan desa agar segera berhenti.
Turunlah pak Wijaya yang sedang duduk di bagian depan, samping sopir.
“kenapa ada pak Wijaya disini ?” Tanya pak Sudarno heran.
“dari hutan pak ambil kayu untuk bahan pembuatan kursi, meja dan lemari sebagai perlengkapan sekolah di desa ini nanti pak” jawab pak Wijaya yang terlihat sedang berbohong
“saya fikir kayu ini untuk di jual di kota” Kata pak Sudarno mempercayai kata pak Wijaya
“tidaklah pak, mana mungkin saya melakukan hal tersebut, yang saya ambil juga cuman sedikit kok pak, setelah itu nanti kita adakan reboisi” jelas pak Wijaya.
“iya pak. Maaf ya pak silahkan lanjutkan perjalannya pak.” Kata pak Sudarno sembari mempersilahkan truk tersebut untuk melanjutkan perjalannya.

Risma, Rini, Cecep, dan Deni mendapat tugas dari guru mereka untuk membuat laporan penelitan temanya tentang lingkungan hidup. Membuat  KTI (Karya Tulis Ilmiah) gitu deh . Mereka berempat mengadakan champing di hutan desa Ngrimbi selama 3 hari 2 malam utuk mencari informasi-informasi dan tanaman sebagai bahan penelitian.
Setelah sampai di tempat champing mereka segera membuat tenda. Matahari pun terbenam dan bulan terlihat dilangit yang di penuhi taburan bintang. Hutan begitu terang seperti ada lampu besar yang sedang meneranginya. Karena pada malam itu bulan sedang mengeluarkan  sinar terangnya. Dimalam itu juga mereka menyalakan api unggun untuk menghangatkan diri mereka. Tiba-tiba Risma merasa kepengen buang air kecil. Ia pun minta tolong kepada Rini untuk menemaninya buang air kecil di pinggir sungai yang tidak jauh dari tenda mereka.
Setelah Risma buang air kecil mereka pun pulang. Di tengah perjalan mereka terdengar suara mesin sengsor.
“Rini kamu dengar nggak bunyi itu ?.” tanya Risma yang tiba-tiba berhenti berjalan karena mendengar suara.
“suara apaan ? nggak ada kok.” Kata Rini yang ikut berhenti juga , tetapi ia tidak mendengar suara apa-apa.
“Ngreng…. Ngreng…!!” terdengar bunyi mesin dari tengah hutan
“coba dengar baik-baik deh, itu! Itukan.” Kata Risma
“iya ris aku dengar, itu suara mesin sengsor yang sedang memotong kayu. bunyi itu berasal dari tengah hutan.” ujar Rini yang telah mendengar bunyi tersebut
“iya ayo kita cari asal suara tersebut.” Kata Risma yang mulai berjalan mencari suara terebut
“ayo.” Kata Rini sembari mengikuti Risma
Mereka pun berjalan mencari asal bunyi tersebut
Beberapa menit kemudian…
Mereka telah menemukannya, dan mereka melihat pak Wijaya dan anak buahnya sedang asyik menebang pohon.
“cepat… cepat...! Beni lihat sekitar, jangan sampai ada seseorang yang melihat kita bisa gawat ini” perintah pak Wijaya sembari menyuruh anggotanya untuk mempercepat kerjanya dan menyuruh Beni salah satu anggotanya untuk mengawasi sekitar mereka.
Risma dan Rini bersebunyi di balik pohon besar. Ternyata di depan mereka ada ular yang akan menuju ke hadapan mereka.
“ulaaaaaaaar!!” teriak Rini dengan suaranya yang nyaring, hingga terdengar oleh Beni.
“bos ada orang yang sedang melihat kita disana” kata Beni panik kepada pak Wijaya
“ kejar dia, jangan biarkan dia lolos” perintah pak Wijaya
Risma dan Rini segera berlari. Tiba-tiba ada seseorang yang menarik dan menutup mulut mereka untuk segera bersembunyi di balik batu besar.
“ aduh kemana mereka, cepat banget larinya. Sial kita kehilangan jejak mereka.” kata pak Wijaya yang menggerutu cemas dan khawatir. Jangan sampai mereka melaporknnya kepada warga desa bahwa dia telah menghabiskan isi hutan.
“ Alhamdulillah kita selamat.” Ujar Rini yang sudah merasa tenang
“ kakek siapa?” tanya Risma sembari menghebuskan nafas pertanda sudah lega, dan ia bertanya kepada kakek yang menolong mereka tadi.
“ saya kakek Tikin.”jawab kakek tersebut.
“oh kakek Tikin yang tinggal dihutan yang sering ada beritanya itu ya?.” tanya Rini lagi yang banyak mengetahui tentang kisah kakek Tikin, yang disebut sebagai penunggu hutan. Padahal dia adalah seorang pecinta alam.
“iya nak, kalian ngapain kehutan malam-malam?” jawab kakek Tikin sembari bertanya kembali kepada mereka berdua
“kami lagi ngadain champing kek untuk mencari informasi dan data untuk tugas sekolah bersama 2 orang cowok teman kami yang berada di sebelah sana” ucap Rini dan menunjukkan keberadaan Cecep dan Deni.
“mungkin kakek bisa sedikit membantu, kalau begitu ayo kita kesana.” Kata kakek Tikin

Di tenda !!
“Rini dan Risma mana sih ! kok mereka lama banget .” kata Cecep yang terlihat khawatir
“ iya jangan-jangan mereka kesasar dihutan nih” balas Deni
Tiba-tiba Risma, Rini dan kakek Tikin datang
“itu mereka datang, kok ada kakek-kakek ?” Tanya  Cecep
“kalian kemana saja, kok lama banget dari tadi di tungguin. Oh ya, kakek itu siapa ?” tanya Deni yang penasaran dengan kakek itu.
“ini kakek Tikin yang dulunya terkenal sebagai pecinta alam.” jawab Rini yang memperkenalkan kakek Tikin kepada Cecep dan Deni.
“oh iya aku ingat.. gimana ceritanya tuh kalian bisa bertemu dengan kakek Tikin ?” Tanya Deni lagi yang sangat KEPO dengan cerita Risma dan Rini
“ceritanya panjang deh, nanti ajha aku certain. Ada hal yang paling penting yaitu tadi kami melihat pak Wijaya dan anak buahnya sedang menebang pohon di tengah hutan.” Ujar Rini
“iya. Betulkan kata aku waktu itu. Pak Wijaya memiliki maksud dari ini semua.” sambung Risma
“mereka sudah lama melakukan hal tersebut.” Kata kakek Tikin yang banyak mengertahui tentang kelakuan pak Wijaya dan anak buahnya
“kenapa kakek tidak melapor sama warga desa atau bapak kepala desa?” tanya Deni
“kakek sudah tidak di percaya lagi oleh warga desa.”jawab kakek Tikin
“sangat kasian kakek. Kalau begitu kakek tidur bersama kami saja disini” kata Deni yang menawarkan kakek Tikin untuk menginap malam ini di tenda mereka.
“sebelumnya kakek berterimakasih tapi tidak usah nak sebaiknya kakek pulang saja ke rumah kakek.” Kata kakek Tikin yang segera pulang ke rumahnya.
1 minggu kemudian..
Desa ini terlihat berbeda karena 4 hari berturut-turut desa Ngrimbi di landa hujan deras yang mengakibatkan banjir.
Semua rumah warga terendam banjir. Dan salah satu bukit  yang ada di desa Ngrimbi mengalami tanah longsor, rumah warga dan sekolah yang baru di bangun akhirnya runtuh. Bencana ini banyak menelan korban jiwa dan kerugian. Korban banjir mengungsi di tempat yang aman. Semua warga kanget karena kejadian yang ada di desa Ngrimbi, baru kali ini mereka mendapat bencana banjir dan tanah longsor.Bantuan terus menerus datang untuk membantu para korban banjir dan tanah longor di desa Ngrimbi.
Karyawan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto yang tergabung dalam Tim Relawan Posko Siaga Bencana KPH Mojokerto bantu evakuasi korban bencana tanah longsor yang melanda Dusun Kopen, Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Jombang,  Selasa (28/1/2014).
Hingga pagi itu tim relawan bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD),  TNI, Polri  dan pemangku kepentingan lainnya masih melakukan pencarian korban.
Administratur Perhutani Mojokerto, Widhi Tjahjanto sekaligus Komandan Siaga Bencana Perhutani KPH Mojokerto    menghimpun  donasi, bahan makanan dan pakaian bekas pantas pakai dari karyawan dan keluarga besar Perhutani Mojokerto untuk korban.  Sedikitnya 8 rumah rusak berat dan 14 orang dikabarkan hilang dalam bencana tersebut.
Pak Wijaya juga datang untuk memberikan bantuan kepada warga desa Ngrimbi. Dan berbincang-bincang kepa pak kepala desa.
“pak, bukannya desa ini tidak terkena banjir dan tanah longsor ya?” Tanya pak Wijaya kepada pak Sudarno
“ iya pak, kami juga heran” jawab pak Sudarno
“sepertinya hutan sudah gundul, sebelum banjir saya jalan-jalan ke hutan, saya melihat pak Tikin bersama teman-temannya sedang menebang pohon dan kayu-kayu itu di bawa ke kota untuk di jual” jelas pak Wijaya yang sedang menuduh kakek Tikin.
“masa sih pak, kalau begitu ayo kita cari pak Tikin dan membawanya ke pengadilan untuk mempertanggung jawabkan semua ini”. Kata pak Sudarno yang sangat kecewa terhadap kakek Tikin. Dia tidak menyangka kakek Tikin akan berbuat hal seperti itu.
“iya pak. Saya sudah menelpon polisi dan mereka segera kesini.” Kata pak Wijaya sambil tersenyum riang.
Berselang beberapa menit, polisi pun datang. Mereka segera mencari kakek Tikin di hutan.
“pak saya pulang dulu yaa, saya masih ada urusan lagi di luar sana” kata pak Wijaya yang segera pergi.
“tunggu pak , saya sudah mengetahui siapa pelakunya. Dia adalah bapak Wijaya yang selama ini membantu kita dan berpura-pura baik pada kita semua.” teriak pak Sudarno yang telah mengetahui hal itu dari Deni yang sudah mempunyai bukti.
“bapak jangan sembarangan menuduh. Mana buktinya kalau saya yang melakunnya?.” tanya pak Wijaya yang sedang gugup.

Risma pun memutarkan video yang mereka rekam setelah pulang champing.
itu bukan saya. ! itu bukan saya! Itu salah !itu pasti salah.” Kata pak Wijaya yang membantah semuanya, terlihat dia sangat ketakutan.
“tangkap dia, dan  bawa ke pengadilan untuk mempertanggung jawabkan semua perbutannya.” perintah kasat POLSEK jombang yang menyuruh anak buahnya untuk menangkap pak Wijaya.

Akhirnya pak Wijaya dipenjara dan mengganti segala kerugian warga. Setelah semua sudah beres, warga desa Ngrimbi dan anggota perumperhutani mengadakan reboisasi di desa tersebut. Mereka semua tersadar dengan kejadian ini, apabila hutan dan lingkungan di rusak, maka semua juga akan rusak dan mendapat bencana “manusia merusak, alam bertindak”. Apabila kita merawat hutan dan lingkungan maka kita akan mendapatkan kebaikan pula. 

Posting Komentar