Profil OSIS SMA 4 KENDARI Masa Bakti 2021 - 2022 Get now!

KURSI BERDARAH - Cerpen




KURSI BERDARAH



Hai , namaku talita . aku seorang siswi kelas X di SMAN Nusa indah . aku seorang siswi yang cerdas dengan segudang prestasi, itu sebabnya tak sedikit teman kelas ku yang membenciku. Mereka selalu memandang ku sebelah mata . mereka selalu menilaiku dari sisi negatif , itu lah yang sering membuatku menjadi tidak nyaman saat berada di sekitar mereka. Ya, mereka memang bukan teman yang baik. Sifat yang tak pernah terlepas dari diri mereka adalah “IRI DAN DENGKI” . selama ini aku selalu berusaha untuk bersikap biasa saja di hadapan mereka walaupun ada rasa sakit yang mendalam di hatiku.

Mereka sering memanggilku dengan sebutan sebutan yang menggambarkan betapa irinya mereka dengan ku. Hal itu ku anggap biasa, semua orang di dunia ini berhak untuk itu. Aku memang tipe siswi yang senang bergaul dengan semuanya, aku bersahabat kepada siapa pun itu , di luar kelas pun aku memiliki banyak teman, mungkin karena aku mengikuti banyak ekstrakulikuler di sekolah ku. Ya , entah kenapa aku gemar mengikuti kegiatan, aku gemar menyibukkan diri ku sendiri. Walaupun terkadang aku sering merasakan kelelahan .

Pagi ini , hujan turun begitu derasnya. Mau tak mau aku harus kesekolah. Aku paling tidak nyaman jika harus berdiam diri di dalam rumah tanpa aktivitas yang bermanfaat bagi ku . itu sebabnya aku memaksakan diri ku untuk berangkat menuju sekolah.

Kelas masih sepi, tak seorang pun di dalamnya. Aku termenung menunggu sahabat sahabat ku datang . tiba – tiba saja aku memikirkan nama nama panggilan yang di berikan teman kelasku untuk ku . sekarang aku merasa kurang nyaman dengan panggilan- panggilan itu . kurasa mereka sudah bersikap berlebihan pada ku.

“heyyy talita!” yanti mengagetkan ku
“eh , yanti. Ngagetin aja”
“datang jam berapa tal? Nggak kehujanan?”
“kehujanan lah , ga liat hujan nya deras banget” omel ku
“ya elah , nyolot banget sihh, kan Cuma nanya” ucap yanti menarik hidungku
“aduhh” aku memegangi hidung ku yang memerah
“apaan sih , sakit tau” sambung ku

Kini , kelas tak sesepi tadi . semuanya sudah datang, namun sepertinya bu tia tak masuk hari ini. Mungkin karena hujan. Hal ini membuat Semuanya sibuk dengan aktivitas masing – masing , begitu pun aku , aku sibuk mengerjakan tugas rumah yang di berikan pak yanto kemarin.

“ya elah, itu tugas rumah kali , ngapain kerja disini. Pengen banget ya di bilangin pinter?” mely menegurku
“udah lah mel , tau sendiri kan , dia itu rajin” sambung deni
“hah? Rajin? Mana mungkin,  Sok rajin baru iya!” sambung tasya

Semuanya menertawakan ku , seakan akan aku ini mainan lucu bagi mereka . aku hanya tersenyum manis pada mereka semua, fikir ku . itu urusan mereka , terserah mereka mau ngomong apa. Mereka semua terus-menerus mengolok-ngolokku , hal ini membuat ku geram. Mungkin karena mereka selalu melihatku tertawa mereka merasa aku tak bisa untuk melawan pada mereka semua. Namun mereka salah. Aku diam bukan berarti aku tak bisa membalas semua apa ayang mereka lakukan padaku.

Bell pulang pun berbunyi , hari ini kami hanya 1 kali masuk . banyak guru yang tak hadir.

“Di sampaikan kepada siswi yang mengikuti loma OSN tingkat nasional agar segera keruang wakasek sekarang juga” suara speaker mengagetkanku

“Talita!” panggil Yanti
“Iya?” aku menoleh
“Jalan yuk?” ajaknya
“Kemana?” tanyaku
“Aduh aduh gak salah tuh yanti ? kamu ngajak dia ? mana mau , dia kan sibuk ngurus lomba nya itu” tiba-tiba saja Tasya datang
“Hey, aduh jadi orang sibuk banget sih” ucap ku dengan menarik Yanti

4 bulan berlalu, sepertinya teman-teman kelasku ini semakin menjadi . bahkan tak jarang mereka semua bersatu untuk menjatuh kan ku di hadapan guru ku . dan hal itu pula yang membuat ku ingin mencabik-cabik wajah mereka. Diantara mereka semua Deni lah yang selalu mengejekku , bahkan tiap kali aku bertemu dengannya Ia selalu mengejek ku . di mana pun itu . dan tak jarang pula Deni membuatku malu di hadapan anak anak kelas lain.

Hari ini aku ada kelas olah raga . aku menuju kamar mandi untuk mengganti seragam ku, setelah itu Aku menuju lapangan basket. Dan sepertinya kali ini Aku terlambat . semua orang menatapku begitu tajam. Namun seperti biasa ,Aku masih tetap tersenyum melihat mereka.

“Ini nih yang buat kita di marahin” omel Deni melihat ku
“Apa an? Kok Aku?” tanya Ku heran
“Iya kamu , ganti baju ada se-jam!” Mely berdiri pergi dengan di ikuti teman kelas Ku yang lain
“Hahh? Seperti nya aku ganti baju gak cukup 5 menit kok” batinku

Siang ini aku pulang terlambat aku harus mengerjakan tugas ku terlebih dahulu. Aku memang selalu mengerjakan tugas di kelas setelah jam pelajaran selesai. Dalam kelas masih ada Aku dan Deni. Deni tengah sibuk dengan laptopnya. Sepertinya Ia sedang bermain games, hal itu bisa Ku tebak dari raut wajah nya yang sangat serius. Aku menghampirinya dengan mencoba untuk bercerita dengan nya.
Dalam kelas ini , sepertinya ialah siswa laki-laki yang paling membenci ku, maka dari itu pula aku ingin mengetahui alasannya membenci ku.

“Den boleh tanya gak?” ucap Ku pelan
“Apa an?” jawab Deni dengan suara yang sedikit kasar
“Kenapa sih kalian semua tuh benci banget ama aku?” tanyaku
“Hahhahaha karna lo gak asik , lo tu sok pintar”

Ucapan Deni yang singkat itu membuat hati ku seakan akan tertusuk jarum-jarum yang sangat tajam. Aku kembali duduk di bangku ku. Aku terdiam sejenak, mencoba menahan emosi. Aku terus menerus mengalihkan tatapan ku. Tapi tak bisa! Aku tak bisa. Sepertinya dalam hati ku ini sudah hancur, hancur dengan perkataan Deni yang singkat namun mendalam bagi ku itu.

Aku terus mencoba untuk menenangkan diri ku . kini aku keluar teras depan kelas. Aku melihat seorang tukang di depan sana sedang mengerjakan pintu kelas X5 . aku melihat sebuah parang tajam di samping tukang tersebut. Tiba-tiba saja tukang tersebut meninggalkan tempat itu dan masuk kedalam kelas X5, niat jahat pun timbul  rasa nya aku ingin membunuh Deni hari ini juga. Mungkin ini ide gila dan Aku rasa aku memang gila, Aku berlari mengambil parang tersebut dan masuk diam-diam kedalam kelas. Deni masih serius menatap layar laptopnya dengan bermain games begitu serius. Aku menarik napasku . mengumpulkan nyaliku dan arrrrgghhhh!!

Darah berhamburan di mana-mana . parang itu tertancap begitu dalam hingga menembus belakangnya. Aku terdiam dan segera pergi meninggalkan Deni.

“Aku udah ngebunuh Deni, Aku ngebunuh orang! Ini pasti mimpi” batin ku

Esok harinya, aku masih kesekolah dengan santainya tanpa memikirkan sesuatu yang terjadi kemarin.

Oh astaga , rupanya belum ada yang menemukan mayat Deni. Ia masih duduk manis di kursinya dengan parang yang masih menancap di dadanya, matanya melotot. Kursinya penuh dengan darah. Rasa nya aku ingin gila, gila dan gila, Aku meninggalkan kelas. Bersembunyi di belakang kelas. Aneh memang aneh kurasa mereka semua tak akan tahu bahwa yang membunuh Deni itu Aku. Namun sepertinya rasa takut ku sangat besar. Padahal sewaktu menancapkan parang tersebut di dada Deni aku tidak merasa kan takut, namun mengapa dengan hari ini.
“Aaaaaaaaaa.... Deniiiii”

Terdengar suara seorang wanita dari dalam kelas. Ku rasa itu Mely aku segera berlari kembali menuju kelas dengan bersikap seolah-olah bukanlah aku pembunuhnya. Mely terduduk lemah di lantai, Ia terus menangis, Aku mencoba menenangkannya. Siswa kelas lain pun mulai berdatangan.

3 hari setelah kepergian Deni , masih teringat di benakku bagaimana kejam nya diri ku saat membunuh deni. Terkadang aku menyalahkan diriku sendiri. Aku rasa aku sangat bodoh membunuh seseorang cuma karena ucapan singkatnya.

Malam ini malam yang indah, Bintang-bintang di langit bersinar begitu indahnyanya. Namun sepertinya aku tak bisa berlama-lama untuk melihat pemandangan indah ini. Rasanya mataku sudah akan tertutup begitu saja. Aku mencoba untuk memandangi bintang-bintang itu. Tiba tiba saja seseorang memegang pundakku.

“Hey! Talita”
“iyah” aku menoleh

Dan aaaaaaaaaa.... itu Deni ! iya Deni . aku berteriak histeris di sertai tangisanku  . mana mungkin orang yang udah wafat bisa bangkit kembali.

“Hey Tal , lo ga usah takut” ucap Deni pelan
“Eh hantu! Pergi lo ! udah deh den ngapain sih lo gangguin gue hah!? Lo mau balas dendam ke gue?, lo tu emang pantas , pantas mati.” Bentak ku dengan berjalan mundur
“gue Cuma pengen bilang ke elo. Lo nggak usah takut. Karena bentar lagi lo bakal jadi seperti gue” sinis deni
“ehh lo jangan macam macam yah, gue ngga ngebunuh loe, sumpah , gue khilaf!!” ucapku melangkahkan kaki ku ke belakang

Aku terus menangis aku ngga mau nyusul deni. Aku ga mau mati.

“Kematian harus di balas dengan kematian Talita! Lo jahat, lo harus di jahatin, lo udah ngebunuh gue, lo ngebunuh gue talita! Lo udah buat hidup gue singkat, lo udah buat orang tua gue sedih, gue benci lo Talita, lo harus mati!”

Aku menutup telingaku . aku tak sanggup mendengarkan perkataan Deni. Dan..

“morning sayang, bangun dong udah pagi ayo kesekolah”  ibu membangunkan ku
“morning too momy”

Aku berangkat menuju sekolah, bertemu dengan semuanya , Aku sangat tertekan dengan mimpi semalam . Aku gak bisa ceritain mimpi itu ke siapa pun . aku ga mau mereka tau, kalau aku yang ngebunuh Deni.

Bell masuk pun berbunyi Aku segera berlari menuju kelas. Dan belajar seperti biasanya. Aku menoleh ke kursi deni. Kini kursi itu masih berhamburan darah. Petugas sekolah  telah mencoba untuk menghilangkan darah itu namun tak berhasil , terkadang mereka pun sering mencoba untuk membuang kursi itu namun mereka selalu mengatakan kursi tersebut sangat berat. Dan sekarang tak seorang siswa yang berani duduk di kursi berdarah itu.

Aku melihat Deni duduk di kursi itu , ia tersenyum sinis padaku. Aku mengalihkan pandangan ku. Jantung ku berdetak begitu cepatnya saat melihat beberapa petugas kepolisian di depan kelasku. Mereka masuk kedalam kelas. aku menunduk sampai saatnya petugas tersebut memanggil namaku. Seluruh teman kelas ku pun sontak menatap ku dengan kebencian. Bahkan mely melempariku dengan sepatunya. Kini aku melewati masa-masa SMA Ku di dalam penjara.

Posting Komentar