JANTUNG MATA DEBU
Tikam Ia, jantung matanya debu
Biarkan saja aku mencengkeram serabut nadinya
Hingga tercincang - aku pun harus anarkis
Ah... Lambung doa tak akan
Kubuat terperas tapi mata pentul waktu
Menghasutku menikamnya lewat suam kuku
Yang paling tumpul di bumi.
Tapi paling hasrat menggores bingkai doa
Supaya jadi ukiran perasaan,
Sirna dan terbakar
"Bunuh Aku, manusia nimbus!
Menyeringai lah kau lewat tangan
TuhanPakai saja kuku Tuhan
Aku tak peduli lagi"
Ketahuilah anak - anak doa!
Kalian Memberkas sebab pelita matahari
Sudah menyekutuiku seperti halnya
Mereka melahirkan panas pendar
Bagi kita yang terbakar!
TAKDIR SEMATA DOA
Cengkram saja mata doa yang kau rembeskan
Dalam jantungku - Jadi darah, jadi buih, jadi tanah
Jadi separuh tubuh yang habis menyelana
Pulang tanpa nama
Ini dunia, tempat nama-nama bulan
Diubah, disulap jadi rambu seribu tabu
Supaya yang lahir tak bernama,
Mati tinggal nama
"Siapa yang menyelami takdirmu lagi
Ketika bara dosa - beku doa
telah sempurnah sebagai rupa,
telah tunduk di purnama
telah abnus - tandus dan lampus!"
Barangkali setelah pancar doa tersendat
Sebab matamu lebih banyak menyumbat,
Mendekap segala nadi.... mati
Karena memang, aku telah rapuh
Mengasuh takdir semata doa
Dalam jantungku - Jadi darah, jadi buih, jadi tanah
Jadi separuh tubuh yang habis menyelana
Pulang tanpa nama
Ini dunia, tempat nama-nama bulan
Diubah, disulap jadi rambu seribu tabu
Supaya yang lahir tak bernama,
Mati tinggal nama
"Siapa yang menyelami takdirmu lagiKetika bara dosa - beku doa
telah sempurnah sebagai rupa,
telah tunduk di purnama
telah abnus - tandus dan lampus!"
Barangkali setelah pancar doa tersendat
Sebab matamu lebih banyak menyumbat,
Mendekap segala nadi.... mati
Karena memang, aku telah rapuh
Mengasuh takdir semata doa
TANJUNG KENANGAN
Tanjung kenangan, di sasak nadiJadi akar melingkarPada pancang singgasanakuSeketika bianggala mendesir kemariSelayak prahara pasir - melantik torpedoJadi bidak dan rahang todak,Petaka dirikuSebab samudera sudah jadi mayatTanpa bisa kusayat - hanya tinggalAnyir bangkai dirimu yang terbuang
RANUM DALAM DEBU
Mereka yang ranum tanpa air mata kita
Pastilah membantai hujaman fajar
Ketika tiada lagi yang lebih durhaka
Daripada gulita senja
Berlanskap debu - sendiri menandus,
Seketika menembus inti doa
Dalam hening tengada ke nebula,
Terus pada kelabu rembulan
"Tubuh kita mulai menyingsat ketika malam,
Kita mendesir ke buritan setiap rumah,
Kita pelintir setiap yang terikat
Agar mereka lihat,CInta yang melikat"