Profil OSIS SMA 4 KENDARI Masa Bakti 2021 - 2022 Get now!

[Karya Siswa] Cerpen - Everything



Everything
(Karya: Resi Dwi Wulandari)



Seorang lelaki dengan rambut kecoklatan kini tengah duduk di bawah sebuah pohon dengan pandangan yang tidak lepas dari seorang gadis berambut sebahu yang kini tengah terduduk dibangku taman seraya membaca sebuah buku.

Sudah sekitar 10 menit lelaki itu memandangnya dari jauh tanpa ada niat sedikit pun mendekatinya. Dia lebih memilih melihat dari jauh seraya memotret gadis yang selalu menjadi objek indahnya itu.

Cekrek...

"Sempurna." Ucap Varo memandangi hasil fotonya.
Merasa ada yang memotretnya, gadis itu menoleh ke arah belakang dan menangkap basah Varo yang tengah mengangkat kamera miliknya untuk kembali memotret gadis itu.
Varo salah tingkah begitu gadis itu melihatnya, dia segera menyembunyikan kameranya di balik badannya.

"Hey." Sapa gadis itu yang sudah berada di hadapan Varo.
"Oh h-ey." Sapa Varo gugup melihat gadis yang disukainya berada di hadapannya.
"Perkenalkan aku Agatha Alicia." Ucap Agatha menjulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Aku sudah tau."
"Perkenalkan aku Alvaro Mahendra." Ucap Varo seraya membalas uluran tangan Agatha.

Setelah perkenalan mereka, suasana tiba-tiba berubah menjadi canggung. Agatha kembali sibuk membaca novelnya seraya duduk di sebelah Varo sedangkan lelaki itu hanya diam tidak tau harus melakukan apa.

"Maaf tadi sudah memotretmu diam-diam, aku merasa bersalah denganmu." Ucap Varo yang membuat Agatha menoleh kepadanya.
"Tidak usah merasa bersalah, aku sudah terdiam ditatap dan dipotret secara diam-diam. Aku juga tidak merasa risih." Ucap Agatha tersenyum tipis.

Varo menundukkan kepalanya, dia tau bahwa gadis yang selalu dipotretnya diam-diam itu memiliki banyak lelaki yang mengagumi gadis itu. Hal itu membuatnya memilih untuk tidak memperlihatkan rasa sukanya kepada gadis itu.

"Siapa yang tidak tau Agatha Alicia, sang ketua osis dan murid yang selalu mengikuti olimpiade fisika untuk mewakili sekolah." Puji Varo yang memang sesuai kenyataan.
Mereka berdua saling berbagi cerita hingga bel masuk berbunyi menyadarkan kedua orang itu untuk segera menghentikan pembicaraan mereka.

"Aku pergi duluan dulu ya. Sampai nanti." Ucap Agatha yang melambaikan tangannya dan mulai berjalan menjauhi Varo.
"Sampai nanti." Ucap Varo memandang kepergian Agatha.

---

Seminggu berlalu, Varo dan Agatha menjadi dekat. Gosip tentang hubungan keduanya berhembus dikarenakan Agatha termasuk siswi yang pupoler di sekolah. Walau begitu, Varo dan Agatha tidak memperdulikan itu dan tetap menjalin persahabatan.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Varo yang saat ini mereka tengah berada di kantin.
"Aku baik-baik saja memangnya kenapa?" Tanya Agatha memandang wajah Varo.
"Kau tidak merasa risih dengan gosip dari para murid. Aku kembali merasa bersalah karena sudah membuatmu digosipkan murid lain." Ucap Varo dengan wajah bersalahnya.
"Aku tidak apa-apa. Sudahlah, lebih baik kita lanjut makan. Sebentar lagi akan masuk." Ucap Agatha yang membuat Varo mengangguk.

Sepulang sekolah, Varo berjalan bersama Agatha dikoridor sekolah berdampingan. Mereka berdua tampak berbincang hingga sampai di parkiran.

"Apa supirmu sudah datang?" Tanya Varo kepada Agatha di sampingnya.
Gadis berambut sebahu itu menoleh lalu menggeleng.
"Apa aku boleh menemanimu di sini sampai supirmu datang?" Tanya Varo yang sedikit ragu Agatha menolaknya.
"Boleh" Jawab Agatha dengan senyuman manisnya.

Sekitar 15 menit berlalu, sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di depan mereka dibarengi suara klakson. Terlihat lelaki berumur 23 tahun keluar mengenakan kaos putih dan celana jins hitam berjalan ke arah Agatha dan segera merangkulnya.

"Hari ini aku yang menjemputmu." Ucap lelaki itu yang menoleh ke samping melihat Varo yang sedang terdiam.
"Benarkah? Bagaimana bisa, kau kan sedang sibuk bekerja." Tanya Agatha menolehkan kepalanya kepada Arga, lelaki yang menjemputnya.
"Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini jadi aku memiliki banyak waktu denganmu." Ucap Arga tersenyum.

Sementara itu, Varo menundukkan kepalanya melihat interaksi mereka berdua. Dimatanya, mereka berdua terlihat sangat serasi.

"Ehem.." Batuk Varo yang membuat mereka berdua tersadar akan kehadiran Varo.
"Oh, Varo. Aku pulang dulu ya, makasih sudah menemaniku." Ucap Agatha yang menarik tangan Arga untuk segera masuk ke dalam mobil.
Mata birunya terus memperhatikan mobil sedan hitam itu hingga melihat dari pandangannya.
"Mereka sangat cocok." Gumam Varo yang berjalan menuju motornya dan segera meninggalkan parkiran sekolah.
Setelah hari itu, Varo mulai menjaga jarak dari Agatha. Gosip tentang hubungan keduanya pun mulai menghilang di ganti oleh kabar bahwa Agatha telah mempunyai kekasih yang menjemputnya kemarin.

Di kelas, Varo terlihat bergelagat aneh dan segera meminta izin untuk pergi ke kamar mandi. Begitu sampai, Varo membuka kasar pintu kamar mandi dan segera masuk ke dalam seraya menguncinya.

Alex yang merupakan sahabat Varo yang menyadari itu membuatnya segera berpura-pura ke kamar mandi. Di koridor sekolah, Alex berpas-pasan dengan Agatha dan langsung menarik tangannya.

"Ada apa?" Tanya Agatha bingung.
"Bantuin Varo, dia lagi di kamar mandi sekarang." Ucap Alex dengan nafas terengah-engah lalu mereka berjalan bersama menuju kamar mandi.
"Varo, buka pintunya!" Teriak Alex yang mengetuk pintu kamar mandi tapi tidak ada jawaban dari Varo.
"Agatha, kau mundur dulu. Aku akan mendobrak pintunya." Ucap Varo yang dianggukan oleh Agatha, gadis itu juga terlihat cemas walau tidak mengetahui apa yang terjadi.

Brakkk!!!
Pintu kamar mandi terbuka, hati Alex terasa tercabik-cabik. Rasanya sulit untuk bernafas ketika melihat kenyataan di hadapannya itu.
Keadaan Varo yang sangat mengenaskan. Lelaki itu tergeletak dan tubuhnya bergetar hebat. Reaksi ini terjadi karena ia tiba-tiba menghentikan penggunaan narkobanya.
Ini adalah salah satu rahasia terbesar yang dimiliki oleh Alvaro Mahendra. Dia menggunakan narkoba sekitar 2 tahun lalu akibat orang tuanya yang tidak harmonis tapi dia berusaha untuk tidak menggunakannya lagi saat 1 bulan lalu. Hanya Alex saja yang mengetahui hal ini dan berusaha menjaga rahasianya.

"Kenapa bisa begini?" Alex menatap Varo dengan penuh kesedihan. Sulit baginya melihat keadaan sahabatnya yang tidak berdaya.
Agatha mulai berkeringat melihat kejadian ini, dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Dia baru melihat kejadian seperti ini selama hidupnya.
"Aku but---" Ucapan Varo sulit untuk diselesaikan. Alex tidak bisa berbuat apa-apa selain melihat keadaan sahabat yang terlihat sangat menyedihkan.
"Jika kau butuh benda itu, tidak akan ak--" Dengan cepat Varo menggelengkan kepalanya kuat dan menunjuk Agatha.
"Aku butuh Agatha." Ucap Varo sedikit kesusahan tapi nyatanya hal itu ditolak oleh Agatha, gadis itu langsung berlari pergi dari kamar mandi.

Mata Varo menangkap ketakutan dari gadis itu, dia sadar bahwa ia tidak akan bisa bersama dengan gadis itu. Seorang pengguna narkoba terlalu hina untuk seorang gadis pandai dan juga populer seperti Agatha Alicia.
"Tidak apa." Ucap Varo yang menyadari tatapan Alex lalu perlahan kesadarannya mulai menghilang.
"Varo!!" Teriak Alex yang masih didengar oleh Varo sebelum lelaki itu pingsan.

---
Varo sudah benar-benar tidak mengikuti atau memotret Agatha secara diam-diam. Dia telah menyerah. Susah memang, tapi dia sudah bertekad untuk tidak mengusik hidup gadis yang mungkin merasa risih dengan kehadirannya setelah melihat kejadian hari itu.
Lelaki itu semakin sering melihat Agatha di jemput dengan lelaki bernama Arga itu. Ia tersenyum melihat tawa Agatha yang tercipta dikarenakan ulah Arga. Senang bisa melihat gadis itu bahagia meskipun dia bukan salah satu sumber kebahagiaan gadis itu.

"Bro, tidak pulang?" Tanya Alex yang menepuk pundak Varo yang sedang melihat interaksi antara Agatha dengan Arga.
"Duluan saja, aku masih ada urusan sebentar." Bohong Varo yang membuat Alex mengangguk mengerti.

Begitu Alex, Agatha dan Arga pergi. Lelaki berambut kecoklatan itu memilih untuk berjalan ke lapangan basket dan mengambil bola yang terdapat dipinggir lapangan.
Varo mendribble bola basket dan beberapa kali memasukan bola itu ke ring basket. Tampak keringatnya yang bercucuran, sesekali tangannya mengusap peluhnya.

"Arghhh!!!" Teriak Varo yang membuang bola basket begitu keras. Dia mengeluarkan seluruh amarah yang selama ini ia pendam.
Tangannya bergerak memukul-mukul wajahnya hingga menarik-narik rambutnya dengan begitu kuat. Dia sangat membenci dirinya sendiri yang terlalu pengecut untuk sekedar mengungkapkan perasaannya.
"Dasar bodoh!!" Maki Varo pada dirinya sendiri.

Kini rambutnya ada beberapa helai yang terlepas akibat kuatnya tarikan pada rambutnya dan wajahnya juga sedikit berdarah karena ia memukulnya juga mencakar wajahnya sendiri.
Dengan langkah lemas, Varo menyeret kakinya paksa untuk berjalan menuju parkiran agar segera pulang ke rumah.
Hari ini, berkat Alex. Agatha mau menerima ajakan Varo untuk bertemu di taman kota karena hari ini libur sekolah. Dengan pakaiannya yang simple, Varo turun dari kamarnya sambil membawa kotak sedang yang ia bungkus dan diberikan pita berwarna pink.

"Bu, Varo keluar sebentar ya." Pamit Varo kepada Nita, ibunya.
"Hati-hati nak." Ucap Nita yang sedang berada di dapur.

Varo dan Nita hanya tinggal berdua di rumah sederhana ini karena perceraian orang tuanya. Ayah Varo dikenal sering menyiksa sang ibu membuat mereka memutuskan berpisah.
Tak butuh waktu lama, motor Varo sudah terparkir di sebelah mobil sedan hitam. Dia memandang mobil itu dan melihat Arga yang berada didalam. Lelaki itu pasti menunggu Agatha di sini.
Langkah kaki Varo menuju sebuah kursi di taman yang sudah ada Agatha yang sangat cantik dengan pakaian casualnya.

"Hey, senang bisa melihatmu datang ke sini." Ucap Varo memandangi wajah Agatha.
"Kenapa selama ini selalu menghindar dari aku?" Tanya Agatha yang menyadari semua perubahan dari Varo.
"Aku tidak menghindar tapi sudah seperti ini hubungan kita." Jawab Varo tersenyum lalu meraih kedua tangan Agatha.
"Tha, aku mau mengakui satu hal. Kalau aku itu pengguna narkoba." Ucapan Varo terhenti begitu mengungkap sebuah fakta pahit yang membuatnya merasa tidak pantas untuk Agatha.
"Aku memang pengguna narkoba dulu tapi sejak 1 bulan lalu dan sekarang karena itu aku jadi sering sakau. Aku memang merasa tidak punya masa depan jika mengonsumsi barang itu tapi setelah mengenal kamu, aku berusaha berubah dan mempunyai mimpi." Lanjut Varo yang mulai menatap kedua mata bulat milik Agatha.
"Aku mencintai seorang Agatha Alicia sang ketua osis SMA 06 tapi aku sadar tidak baik untuk menjadi pasangan kamu. Aku pengguna narkoba yang dapat membawa citra buruk kepada kamu jika kita bersama. Jadi aku minta maaf." Kalimat itu dengan susah payah Varo ucapkan.
Mendengar ucapan Varo, kepala Agatha terangkat untuk menatapnya. Gadis itu memandang sendu kepada Varo.
"Apa yang kam---" Ucapan Agatha terpotong oleh Varo.
"Boleh aku peluk?" Pinta Varo yang dianggukan oleh Agatha.

Lelaki itu dengan cepat menarik pinggang gadis itu dan memeluknya begitu erat. Tangannya mengelus lembut rambut Agatha seraya memejamkan matanya.
Setelah dirasa cukup, perlahan Varo melepas pelukannya dan mengambil kotak yang ia bawa tadi dan menyerahkannya kepada Agatha.

"Ambil ini, di perjalanan pulang kamu bisa membukanya." Ucap Varo.
"Itu saja yang ingin ku sampaikan. Kamu pulangnya hati-hati ya. Jangan menunggu kehadiran aku lagi dan kamu harus hidup dengan kebahagiaan oke." Ucap Varo mengelus pipi Agatha.

Gadis itu dengan berat hati meninggalkan Varo dan lelaki itu hanya diam memandang kepergian Agatha.
Di dalam mobil, Agatha membuka kotak itu dan melihat berbagai foto yang diambil oleh Varo dari jauh secara diam-diam.

"Sangat cantik." Ucap Agatha melihat salah satu foto yang Varo ambil.
Dia menangkap sebuah surat di kotak iti dan segera membuka surat itu dengan membacanya begitu teliti.

Agatha Alicia,
Seorang gadis yang ku kagumi diam-diam selama sebulan belakangan.
Gadis yang berhasil membuatku bangkit dan mempunyai mimpi lagi.
Tapi begitu sempurna untuk menjadi kekasihku.
Aku hanya pengguna narkoba yang terlihat tidak memiliki masa depan untuk kebanyakan orang.

Senang bisa melihatmu tertawa bersama dia.
Aku menjauh karena melihatmu ketakutan saat melihat diriku sakau.
Karena aku akan selalu melakukan apapun untukmu agar kamu bahagia.

Aku mempunyai harapan pada hari ulang tahunku dihari ini.
1. Ingin melihat ibuku bahagia
2. Ingin melihatmu tersenyum
3. Ingin pergi dengan tenang
Tiga hal itu sudah terjadi, bahkan aku begitu tenang pergi setelah mengungkapkan perasaanku.
Terima kasih sudah pernah menjadi motivasiku untuk berhenti mengonsumsi narkoba.
Dan terima kasih untuk ibumu yang telah melahirkanmu sehingga kita bisa bertemu.
Aku pergi, semoga kita bisa bertemu di kehidupan selanjutnya.
Alvaro Mahendra

Air mata gadis itu jatuh dengan derasnya. Tepat disaat itu lelaki berambut kecoklatan itu tergeletak tidak berdaya dengan mulutnya yang dipenuhi busa. Lelaki itu telah pergi meninggalkan kedua wanita yang sangat ia sayangi yaitu Agatha dan ibunya.


Posting Komentar