Profil OSIS SMA 4 KENDARI Masa Bakti 2021 - 2022 Get now!
Postingan

KARYA SISWA

ESSAI
Karya : Riska Wulandari (XI MIA 2)


FENOMENA GOLPUT DALAM PESTA DEMOKRASI
      Golput (golongan putih) adalah suatu keadaan dimana masyarakat tidak menggunakan hak memilihnya pada saat PEMILU padahal hak memilihnya itu yang akan menentukan orang-orang yang akan menjalankan Negara Indonesia selama 5 tahun. Setiap pemilu sejak Indonesia merdeka tidak bisa dipisahkan dengan golput, bahkan jumlah golput mengalami kenaikan yang signifikan sejak pemilu pertama diadakan pada tahun 1971 hingga saat ini, bahkan angka golput saat Pemilu 2009 mencapai 29 % (tv One, 16/12/2013), jumlah warga yang tidak menggunakan hak pilihnya alias golput sebesar 49.677.076 atau 29,0059 persen. Jumlah tersebut secara resmi juga dimaktubkan dalam surat penetapan KPU mengenai perolehan suara nasional pemilu legislatif. Total pemilih yang menggunakan hak suaranya 121.588.366 dari total daftar pemilih tetap (DPT) 171.265.442. Setiap Pemilu yang terjadi, baik Pemilu Kepala Daerah, Legislatif, maupun Presiden, selalu terjadi golput. Sehingga ada yang mengatakan, bahwa yang memenangkan Pemilu adalah Partai Golput. Secara ekonomi kaum golput merugikan negara dari segi pemborosan dan anggaran Pemilu yang terbuang sia-sia, kemudian jika golput tidak mendapat perhatian khusus, ditakutkan akan menjadi sumber ancaman bagi keamanan dan kepentingan nasional di masa mendatang.
       Kerugian ekonomi yang di alami Negara saat golput sangatlah besar, misalnya  pada Pemilu tahun 2009, ternyata setiap orang yang terdaftar dalam DPT telah disediakan oleh KPU kertas surat suara untuk Pemilih pada Pemilu Legislatif dan Eksekutif/Presiden. Tentu saja para Pemilih yang terdaftar di DPT dan memenuhi persyaratan untuk memilih telah disiapkan surat suara untuk digunakan pada saat Pemilu sebagai bentuk tanggung jawab negara terhadap rakyatnya.
     Pada Pemilu Legislatif saja, asumsikan bahwa untuk mencetak surat suara yang terdiri dari banyak gambar dari calon anggota legislatif yakni DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota yang ukurannya sama dengan poster besar yang sering menjadi bonus majalah-majalah remaja, membutuhkan Rp. 500,- (lima ratus rupiah) untuk mencetak dengan kualitas yang baik, maka angka ini dikalikan jumlah Pemilih Golput pada Pileg saja:  49.677.076 orang x Rp. 500,- = Rp. 24.838.538.000,- (Dua puluh empat milyar delapan ratus tiga puluh delapan juta lima ratus tiga puluh delapan ribu). Angka ini akan dua kali lipat jika digabungkan dengan pencetakan surat suara pada Pemilu Presiden sehingga angkanya menjadi Rp. 24.838.538.000,- x 2 = Rp. 49.677.076.000,- (Empat puluh sembilan milyar enam ratus tujuh puluh tujuh juta tujuh puluh enam ribu). Sebenarnya angka ini masih sangat jauh dari kerugian yang sebenarnya, karena belum termasuk biaya distribusi surat suara yang sangat kompleks, kemudian gaji untuk pekerja dalam pembuatan surat suara, misalkan para pelipat kertas surat suara dan lainnya.
Salah satu penyebab golput ialah banyaknya warga Indonesia yang memiliki hak pilih namun tidak diberikan hak pemilihnya, seperti warga yang tengah tinggal di rumah sakit, selain itu mahasiswa juga mendominasi golput akibat tidak di berikan panggilan memilih karena tidak berada ditempat pendataan saat pendataan berlangsung atau berasal dari luar daerah. Mereka akhirnya seakan menjadi kontributor tetap dalam pemberian angka golput secara nasional. Namun sebenarnya, banyak mahasiswa yang sadar akan politik dan ingin memilih, tetapi mahasiswa tersebut tidak bisa pulang karena  libur nasional dalam rangka PEMILU hanya satu hari saja sehingga tidak memungkinkan mereka untuk ikut memilih. Pada keadaan ini, masyarakat  akan golput secara sengaja dan sadar. Penyebab utama tingginya golput ialah banyaknya masyarakat  yang tidak ingin memberikan aspirasi hak memilihnya karena merasa para partai politik tidak ada yang dapat dipercaya dengan semua umbaran janji yang diberikannya pada warga Negara. Ada juga kelompok masyarakat yang berfikir menyalurkan hak memilih mereka tidak akan mengubah taraf hidup mereka, alias kesejahteraan mereka tidak meningkat.
Keluar dari berbagai kemelut dan pertentangan pemahaman, apa sebenarnya manfaat dari golput?, sebenarnya menjadi Golput bukanlah pilihan Pintar, Golput tidak dapat menyelesaikan persoalan yang dialami bangsa Indonesia. Malah, Golput lebih melahirkan kesimpulan bahwa kita sebagai rakyat tak mau melakukan perubahan, padahal orientasi kita untuk hidup bernegara adalah untuk maju secara bersama, mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, bukan sebaliknya mengalami degradasi hidup. Kenapa pentingnya Golput disoroti sebagai entitas yang ikut mengganggu kenyamanan kita bersama dalam memajukan bangsa ini? Inilah sebenarnya sebuah teguran bagi budaya bangsa untuk berkata yang lebih memiliki makna dalam realitas. Makna lebih penting daripada hanya janji-janji kata.
Golput sebenarnya bukanlah hal yang diinginkan masyarakat, tetapi bagaimana agar para politikus bisa berfikir lebih kritis lagi dalam melihat perkembangan demokrasi yang menyangkut taraf hidup masyarakat. Banyak masyarakat yang tidak menyukai cara berpikir ala politikus senior bangsa yang hanya berjalan sambil mengumbar apa yang ada dipirannya saat itu tanpa menjalankan apa yang telah ia katakan, artinya mereka hanya berbicara yang realitasnya kosong. Karena masyarakat tidak membutuhkan kata-kata namun membutuhkan bukti nyata. para partai politik selalu memberitahu masyarakat agar jangan golput dan ingin setiap arahan yang di berikan selalu didengar dan ditanggapi masyarakat, namun bila masyarakat yang berteriak menginginkan bukti nyata dari umbaran janji yang pernah di ucapkan oleh para partai politik, seluruh partai politik diam dan hanya mengurusi dirinya sendiri.  Sebaiknya agar tidak ada lagi golput ialah dengan lebih mengenalkan masyarakat seperti apa itu politik, dan para partai politik tidak perlu memberikan janji-janji yang pada akhirnya tidak dapat dipenuhi. Sebaiknya janji-janji yang diberikan oleh partai politik ialah janji yang dapat dan pasti akan di penuhi, walaupun janji tersebut tidak terlalu muluk, dibandingkan dengan memberikan janji-janji yang pada akhirnya tidak dapat dipenuhi dan malah akan membuat orang dari partai politik tersebut akan jatuh di mata masyarakat dan tidak dapat lagi dipercaya oleh masyarakat. Kita adalah negara Demokrasi dimana semua bersumber dari masyarakat, sehingga masyarakat harus sadar betapa pentingnya ia untuk ikut menggunakan hak memilihnya untuk membangun bangsa Indonesia menjadi lebih solidaritas lagi dan memajukan Indonesia di mata dunia, karena negara Indonesia adalah Negara yang hebat dengan memiliki sejumlah budaya dan panorama indah yang berbeda-beda dari setiap pulaunya dan hal tersebut dapat membuat negara Indonesia menjadi sorotan dunia, tinggal bagaimana para legislatif dan pemimpin berkordinasi dengan rakyat untuk membuat Indonesia menjadi salah satu negara sorotan dunia.

Kesimpulan :
Dari hasil yang telah dibahas tentang Golput dapat disimpulkan bahwa memilih Golput bukanlah salah satu solusi untuk memperbaiki tatanan demokrasi yang ada di Indonesia. Untuk itu sebagai warga Indonesia yang baik marilah kita menggunakan hak pilih kita sesuai hati nurani. Siapapun yang terpilih dadan duduk sebagai kandidat baik itu PILCALEG, PILKADA, PILPRES bukanlah suatu hal yang harus diperdebatkan dalam tubuh demokrasi. Siapapun mereka, apapun mereka, yang terpenting dapat menjalankan amanah rakyat serta melaksanakan dan mengaktualisasikan janji yang telah mereka buat sesua visi dan misi mereka. Mereka juga harus dapat melanjutkan aspirasi rakyat agar Indonesia dapat menjadi yang lebih dan rakyat Indonesia hidup dalam aman dan sejatera.



Daftar Pustaka 
Media Elektronik TVONE
Media Elektronik Metro TV
Media Koran KOMPAS
Media Koran Kendari Pos






*FRASA SMAN 4 KENDARI

Posting Komentar