ESSAI
Karya : Riska Wulandari (XI MIA 2)
Karya : Riska Wulandari (XI MIA 2)
FENOMENA GOLPUT DALAM
PESTA DEMOKRASI
Golput (golongan
putih) adalah suatu keadaan dimana masyarakat tidak menggunakan hak memilihnya
pada saat PEMILU padahal hak memilihnya itu yang akan menentukan orang-orang
yang akan menjalankan Negara Indonesia selama 5 tahun. Setiap pemilu sejak Indonesia
merdeka tidak bisa dipisahkan dengan golput, bahkan jumlah golput mengalami
kenaikan yang signifikan sejak pemilu pertama diadakan pada tahun 1971 hingga
saat ini, bahkan angka golput saat Pemilu 2009 mencapai 29 % (tv One,
16/12/2013), jumlah
warga yang tidak menggunakan hak pilihnya alias golput sebesar 49.677.076 atau
29,0059 persen. Jumlah tersebut secara resmi juga dimaktubkan dalam surat
penetapan KPU mengenai perolehan suara nasional pemilu legislatif. Total
pemilih yang menggunakan hak suaranya 121.588.366 dari total daftar pemilih
tetap (DPT) 171.265.442. Setiap Pemilu yang terjadi, baik Pemilu Kepala
Daerah,
Legislatif, maupun Presiden,
selalu terjadi golput. Sehingga ada
yang mengatakan, bahwa yang memenangkan Pemilu adalah Partai Golput. Secara ekonomi
kaum golput merugikan negara dari segi pemborosan dan anggaran Pemilu yang
terbuang sia-sia, kemudian jika golput tidak mendapat perhatian khusus, ditakutkan
akan menjadi sumber ancaman bagi keamanan dan kepentingan nasional di masa
mendatang.
Kerugian ekonomi yang di alami Negara saat golput sangatlah
besar, misalnya pada Pemilu tahun 2009, ternyata
setiap orang yang terdaftar dalam DPT telah disediakan oleh KPU kertas surat
suara untuk Pemilih pada Pemilu Legislatif dan Eksekutif/Presiden. Tentu saja
para Pemilih yang terdaftar di DPT dan memenuhi persyaratan untuk memilih telah
disiapkan surat suara untuk digunakan pada saat Pemilu sebagai bentuk tanggung jawab negara
terhadap rakyatnya.
Pada Pemilu
Legislatif saja, asumsikan bahwa untuk mencetak surat suara yang terdiri dari
banyak gambar dari calon anggota legislatif yakni DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kab/Kota yang ukurannya sama dengan poster besar yang sering menjadi bonus
majalah-majalah remaja,
membutuhkan Rp. 500,- (lima
ratus rupiah) untuk mencetak dengan kualitas yang baik, maka angka ini
dikalikan jumlah Pemilih Golput pada Pileg saja: 49.677.076 orang x Rp. 500,- = Rp. 24.838.538.000,- (Dua puluh empat milyar delapan ratus
tiga puluh delapan juta lima ratus tiga puluh delapan ribu). Angka ini
akan dua kali lipat jika digabungkan dengan pencetakan surat suara pada Pemilu
Presiden sehingga angkanya menjadi Rp. 24.838.538.000,- x 2 = Rp.
49.677.076.000,- (Empat
puluh sembilan milyar enam ratus tujuh puluh tujuh juta tujuh puluh enam ribu). Sebenarnya
angka ini masih sangat jauh dari kerugian yang sebenarnya, karena belum
termasuk biaya distribusi surat suara yang sangat kompleks, kemudian gaji untuk pekerja dalam pembuatan
surat suara, misalkan para
pelipat kertas surat suara dan lainnya.
Salah
satu penyebab golput ialah banyaknya warga Indonesia yang memiliki hak pilih
namun tidak diberikan hak pemilihnya, seperti warga yang tengah tinggal di
rumah sakit, selain itu mahasiswa juga mendominasi golput akibat tidak di
berikan panggilan memilih karena tidak berada ditempat pendataan saat pendataan
berlangsung atau berasal dari luar daerah. Mereka akhirnya seakan menjadi
kontributor tetap dalam
pemberian angka golput secara nasional. Namun sebenarnya, banyak
mahasiswa yang sadar
akan politik dan ingin memilih, tetapi mahasiswa tersebut tidak bisa pulang
karena libur nasional dalam rangka
PEMILU hanya satu hari saja sehingga tidak memungkinkan mereka untuk ikut
memilih. Pada keadaan ini, masyarakat akan golput secara sengaja dan sadar. Penyebab utama tingginya golput
ialah banyaknya masyarakat yang tidak
ingin memberikan aspirasi hak memilihnya karena merasa para partai politik
tidak ada yang dapat dipercaya dengan semua umbaran janji yang diberikannya
pada warga Negara. Ada juga kelompok masyarakat yang
berfikir menyalurkan hak memilih mereka tidak akan mengubah taraf hidup mereka,
alias kesejahteraan mereka tidak meningkat.
Keluar dari
berbagai kemelut dan pertentangan pemahaman, apa sebenarnya manfaat dari
golput?, sebenarnya menjadi Golput bukanlah pilihan Pintar, Golput tidak dapat
menyelesaikan persoalan yang dialami bangsa Indonesia. Malah, Golput lebih
melahirkan kesimpulan bahwa kita sebagai rakyat tak mau melakukan perubahan,
padahal orientasi kita untuk hidup bernegara adalah untuk maju secara bersama,
mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, bukan sebaliknya mengalami degradasi
hidup. Kenapa pentingnya Golput disoroti sebagai entitas yang ikut mengganggu
kenyamanan kita bersama dalam memajukan bangsa ini? Inilah sebenarnya sebuah
teguran bagi budaya bangsa untuk berkata yang lebih memiliki makna dalam
realitas. Makna lebih penting daripada hanya janji-janji kata.
Golput
sebenarnya bukanlah hal yang diinginkan masyarakat, tetapi bagaimana agar para
politikus bisa berfikir lebih kritis lagi dalam melihat perkembangan demokrasi
yang menyangkut taraf hidup masyarakat. Banyak masyarakat yang tidak menyukai cara berpikir ala
politikus senior bangsa yang hanya berjalan sambil mengumbar apa yang ada
dipirannya saat itu tanpa menjalankan apa yang telah ia katakan, artinya mereka
hanya berbicara yang realitasnya kosong. Karena masyarakat tidak membutuhkan
kata-kata namun membutuhkan bukti nyata. para partai politik selalu memberitahu
masyarakat agar jangan golput dan ingin setiap arahan yang di berikan selalu
didengar dan ditanggapi masyarakat, namun bila masyarakat yang berteriak
menginginkan bukti nyata dari umbaran janji yang pernah di ucapkan oleh para
partai politik, seluruh partai politik diam dan hanya mengurusi dirinya
sendiri. Sebaiknya agar tidak ada lagi
golput ialah dengan lebih mengenalkan masyarakat seperti apa itu politik, dan
para partai politik tidak perlu memberikan janji-janji yang pada akhirnya tidak
dapat dipenuhi. Sebaiknya janji-janji yang diberikan oleh partai politik ialah
janji yang dapat dan pasti akan di penuhi, walaupun janji tersebut tidak
terlalu muluk, dibandingkan dengan memberikan janji-janji yang pada akhirnya
tidak dapat dipenuhi dan malah akan membuat orang dari partai politik tersebut
akan jatuh di mata masyarakat dan tidak dapat lagi dipercaya oleh masyarakat.
Kita adalah negara Demokrasi dimana semua bersumber dari masyarakat, sehingga
masyarakat harus sadar betapa pentingnya ia untuk ikut menggunakan hak
memilihnya untuk membangun bangsa Indonesia menjadi lebih solidaritas lagi dan
memajukan Indonesia di mata dunia, karena negara Indonesia adalah Negara yang
hebat dengan memiliki sejumlah budaya dan panorama indah yang berbeda-beda dari
setiap pulaunya dan hal tersebut dapat membuat negara Indonesia menjadi sorotan
dunia, tinggal bagaimana para legislatif dan pemimpin berkordinasi dengan
rakyat untuk membuat Indonesia menjadi salah satu negara sorotan dunia.
Kesimpulan :
Dari hasil yang telah dibahas
tentang Golput dapat disimpulkan bahwa memilih Golput bukanlah salah satu
solusi untuk memperbaiki tatanan demokrasi yang ada di Indonesia. Untuk itu
sebagai warga Indonesia yang baik marilah kita menggunakan hak pilih kita
sesuai hati nurani. Siapapun yang terpilih dadan duduk sebagai kandidat baik
itu PILCALEG, PILKADA, PILPRES bukanlah suatu hal yang harus diperdebatkan
dalam tubuh demokrasi. Siapapun mereka, apapun mereka, yang terpenting dapat
menjalankan amanah rakyat serta melaksanakan dan mengaktualisasikan janji yang
telah mereka buat sesua visi dan misi mereka. Mereka juga harus dapat
melanjutkan aspirasi rakyat agar Indonesia dapat menjadi yang lebih dan rakyat
Indonesia hidup dalam aman dan sejatera.
Daftar Pustaka
Media Elektronik TVONE
Media Elektronik Metro TV
Media Koran KOMPAS
Media Koran Kendari Pos
*FRASA SMAN 4 KENDARI